Rabu, 22 Januari 2014

TUGAS SOFTSKILL - KEBUDAYAAN TARI JAIPONG

Kebudayaan Tari Jaipong

Daerah Jawa Barat tak lepas dari keanekaragaman kebudayaan dan kesenian yang ada didalamnya, diantaranya seni tari, seni rupa, seni musik dan lain sebagainya. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai kebudayaan dan kesenian dalam bidang seni tari, yaitu Tari Jaipong. Tari Jaipong merupakan salah satu tarian yang banyak dikenal dan dipelajari oleh masyarakat dari sekian banyaknya seni tari yang ada didaerah Jawa Barat.
Pada awalnya Tari Jaipong ditemukan oleh seorang seniman asal Bandung yang bernama Gugum Gumbira. Beliau terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu. Kesenian Ketuk Tilu tersebutlah yang menjadikan beliau mengetahui dan mengenal dengan baik pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga pada akhirnya beliau dapat mengembangkan tarian atau kesenian tersebut yang saat ini di kenal dengan nama Jaipongan.

Sejarah Tari Jaipong

            Kesenian Jaipongan karya seorang Gugum Gumbira yang pertama kali mulai dikenal oleh masyarakat sebagai tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang dimana keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (antara putra dan putri). Pada awal kemunculannya tarian tersebut semula masyarakat menganggapnya sebagai gerakan yang erotis dan vulgar. Namun seiring berjalannya waktu, tari ini semakin dikenal dan dimininati oleh masyarakat luas. Sehingga permintaan akan pertunjukkan Tari Jaipong ini pun mulai semakin meningkat, baik di media televisi, hajatan yang dilaksanan oleh masyarakat, maupun di beberapa perayaan-perayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Bentuk Penyajian dan Ciri Khas Tari Jaipong

            Tari Jaipong memiliki beberapa ciri khas yang ada didalamnya, misalnya yang terdapat pada gaya kaleran. Pada gaya kaleran terdapat beberapa ciri khasnya, yaitu yaitu keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas dan kesederhanaan. Ciri khas tersebutlah yang membuat masyarakat semakin tertarik dan antusias terhadap tari ini, hal tersebut terlihat dalam pola penyajian pada pertunjukkannya, dimana terdapat tarian yang diberi pola (Ibing Pola) seperti yang terdapat pada Tari Jaipong yang ada di Bandung, dan terdapat pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada Tari Jaipong yang terdapat di Subang dan Karawang. Istilah tersebut dapat kita temukan pada Tari Jaipong gaya Kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya terdapat gaya kaleran dalam Jaipongan, diantaranya sebagai berikut :

  1. Tatalu.
  2. Kembang Gadung.
  3. Buah Kawung Gopar.
  4. Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (seorang Sinden tetapi tidak menyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih).
  5. Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukkan ketika para penonton (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sambil salam tempel. Istilah Jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor). 
Seiring dengan berjalannya waktu Tari Japong itu sendiri mengalami perkembangan, dan hal tersebut terjadi pada tahun 1980-1990-an, dimana Gugum Gumbira menciptakan beberapa tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten.
Saat ini Tari Jaipong boleh dikatakan sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal tersebut terlihat pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang berkunjung ke Jawa Barat, dimana para tamu tersebut akan disambut dan disuguhkan dengan pertunjukan Tari Jaipong. Tari Jaipong sangat memengaruhi kesenian-kesenian lain yang terdapat di masyarakat Jawa Barat, baik yang terdapat pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir di semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern dikolaborasikan dengan Jaipong .




Sumber Referensi :
http://kebudayaan1.blogspot.com/2013/08/sejarah-kebudayaan-tari-jaipong.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar